KNWES.id, SAMARINDA – Anggota Komisi II DPRD Kalimantan Timur, Firnadi Ikhsan, menegaskan bahwa penyesuaian anggaran belanja daerah menjadi langkah yang tak terhindarkan di tengah menurunnya pendapatan. Situasi ini, menurutnya, berdampak nyata terhadap sejumlah kegiatan pemerintahan yang tidak dapat dijalankan secara bersamaan dan pada akhirnya mempengaruhi dinamika ekonomi di daerah.
“Memang ada beberapa kegiatan yang tidak dapat dilaksanakan secara simultan, dan kami kira ini berdampak pada ekonomi. Untuk menyikapi pendapatan yang berkurang, gaya belanja disesuaikan,” ujar Firnadi, Jumat (21/11/2025).
Ia menjelaskan bahwa strategi utama untuk merespons kondisi tersebut adalah dengan memperkuat sumber-sumber pendapatan alternatif. Salah satu langkah yang mendapat perhatian adalah pembenahan Badan Usaha Milik Daerah (BUMD), sebagaimana didorong oleh Gubernur Kaltim, untuk meningkatkan kontribusi Pendapatan Asli Daerah (PAD).
“Melalui BUMD, diharapkan pundi-pundi PAD dapat berkontribusi lebih kuat. Saat ini, PAD kita relatif bertahan, sementara ada kekurangan dari dana transfer. Tidak ada jalan lain kecuali memperkuat PAD,” tegasnya.
Firnadi menuturkan bahwa penguatan BUMD harus dilakukan melalui pembenahan kepemimpinan, perbaikan manajemen, serta identifikasi peluang bisnis yang mampu menghasilkan pendapatan dalam waktu relatif cepat. Salah satu sektor yang tengah dibenahi adalah optimalisasi pajak alat berat yang selama ini dinilai belum maksimal.
“Saat ini data kepemilikan alat berat masih terkendala, tidak semua terdaftar dan teridentifikasi dengan alat untuk menagih. Standardisasi ini yang segera dikerjakan. Dalam setahun ke depan, kami harap sudah bisa mulai mengumpulkan penerimaan dari sana,” paparnya.
Terkait penurunan kontribusi dari sektor pertambangan, Firnadi menekankan perlunya diversifikasi ekonomi. Ia menilai bahwa Kaltim memiliki sejumlah sektor potensial yang layak dikembangkan secara lebih serius untuk menopang pendapatan daerah dalam jangka panjang.
“Selain potensi di dalam perut bumi seperti tambang batubara dan migas, kita masih memiliki potensi di atasnya, yaitu perkebunan. Kemudian, di laut kita memiliki potensi perikanan yang sangat besar,” jelasnya.
Membangun kesadaran baru untuk mengelola sektor-sektor tersebut, menurutnya, merupakan bagian dari langkah strategis untuk mengurangi ketergantungan Kaltim terhadap tambang dan migas.
“Kita harus melirik semuanya. Jika sebelumnya bergantung pada tambang dan migas, maka sekarang kita harus membangun kesadaran untuk mengelola perkebunan dan perikanan. Kira-kira begitu langkah ke depannya,” pungkas Firnadi. (Adv)













