KNEWS.id, SAMARINDA – Penurunan angka stunting di Kalimantan Timur dinilai masih jauh dari harapan. Target nasional sebenarnya menetapkan penurunan hingga 14 persen pada 2024, namun Kaltim masih bertahan di angka 22,2 persen. Capaian tersebut memicu kritik dari Wakil Ketua DPRD Kaltim, Ananda Emira Moeis.
Dari tahun 2021 hingga 2024, penurunan stunting di Kaltim hanya berkurang tipis, yakni dari 22,8 persen menjadi 22,2 persen. Ananda menilai pemerintah provinsi, termasuk Pj Gubernur Rudy–Seno, perlu melakukan aksi nyata dan inovatif untuk mengejar target yang ditetapkan.
“PDIP bahkan menginginkan angka 0 persen. Bagaimana mungkin kita bisa mencapai generasi emas 2045 jika tingkat stunting di Kaltim masih begitu tinggi?” tegasnya, Jum’at (28/11/2025).
Menurut Ananda, penanganan stunting harus menjadi prioritas serius karena berpengaruh terhadap kualitas generasi mendatang. Ia menekankan pentingnya pemenuhan gizi di masa 1.000 Hari Pertama Kehidupan (HPK), termasuk perhatian terhadap kesehatan remaja putri.
“Stunting muncul jika fase kritis itu kekurangan gizi. Para remaja putri perlu menjalani pemeriksaan kesehatan dan mendapatkan asupan vitamin tambahan,” paparnya.
Selain itu, ia kembali menyoroti kebutuhan tenaga medis di level kelurahan dan kecamatan. Menurutnya, tenaga kesehatan di Posyandu dan Puskesmas merupakan garda terdepan dalam pencegahan stunting.
“Merekalah yang bertugas melakukan screening pertama dan memberikan edukasi kepada masyarakat. Untuk itu, jumlah tenaga medis harus ditambah,” ucapnya.
Ananda juga mengingatkan bahwa stunting bukan hanya soal tinggi badan, tetapi juga berkaitan dengan perkembangan kognitif anak. Karena itu, ia meminta program intervensi dilakukan secara tepat dan menyeluruh.
Meskipun Pemprov Kaltim mengklaim telah memberdayakan lebih dari 5.000 Posyandu, Ananda tetap mempertanyakan hasilnya.
“Tidak sekadar soal jumlah. Yang perlu ditanyakan, apakah Posyandu benar-benar berfungsi dan bermanfaat bagi warga? Fungsinya yang harus ditekankan, jangan sampai ada tetapi tidak efektif,” tegasnya.
Menutup keterangannya, ia menekankan perlunya evaluasi menyeluruh terhadap layanan kesehatan dasar hingga rumah sakit agar penanganan stunting di Kaltim berjalan lebih optimal dan memberikan dampak nyata bagi masyarakat, khususnya ibu dan anak. (Adv)













